Tag: HAM

Satu Masyarakat kembali ditembak Mati oleh Intelijen Indonesia Di Kilo meter 4 Kontiunai-Serui.

Satu Masyarakat kembali ditembak Mati oleh Intelijen Indonesia
Di Kilo meter 4 Kontiunai-Serui.

Publis: Serui Voice News

Serui, 15 Januari 2016

Soni Fairumbab (2)13 Feruari 2015 lalu Penembakan terhadap seorang warga yang diduga dilakukan oleh oknum Intelijen Indonesia kembali terjadi di kilo meter 4 kampung Kontiunai – Kecamatan Angkaisera – Kabupaten Kepulauan Yapen.

Pada Februari 2015 telah terjadi penembakan terhadap warga sipil tak bersalah. Pada sore hari sekitar pukul 04: 30 ada preman-preman yang pakai mobil avansa menuju jalan Saubeba. Menurut pengakuan masyarakat mereka itu anggota yang ada di serui. Ada beberapa yang sering kami lihat. Jadi kami yakin mereka itu anggota militer Indonesia, ucap beberapa warga yang tak mau namanya disebut.

0
Ilustrasi: polisi yang sering buat keonaran

Malam sekitar pukul 21:40 Y. Sineri dan Iparnya Soni Fairumbab, hendak kembali ke kem tempat mereka kerja. Keduanya saat itu, berangkat dengan menggunakan kendaraan beroda dua. Saat sampai di kilo meter 4 keduanya dihadang oleh sekitar 5 orang lengkap dengan senjata.

Namun saat itu, ketika melihat orang-orang itu mencoba menghentikan keduanya, dengan mengarahkan mencong senjata kea rah kedua masyarakat itu, keduanya jadi panic dan tidak mau berhenti. Keduanya berhasil menerobos kelima orang yang palang jalan tersebut, dan terus berlari.

Ketika keduanya lari berjarak sekitar lima meter, kelima orang tersebut menembaki keduanya. Soni Fairumbab terkena di kaki dan Y. Sineri peluru kikis tangan jadi lengan baju yang putus.

Soni Fairumbab (3)Soni Fairumbab dan Y. Sineri terus melaju dengan motor sampai di kilo meter 6, Soni Fairumbab sudah tidak kuat lagi dan meminta diturunkan di Pinggir Jalan. Y. Sineri di suruh oleh korban (Soni) untuk pergi ke Kem di dekat Saubeba di mana keduanya kerja proyek jembatan agar meminta bantuan teman-teman.

Ketika sampai di sana informasi itu diberitahukan kepada teman-teman kerjanya, namun karena takut mereka mmemutuskan untuk datang pada pagi hari saja. Malam itu juga Sineri disuruh lari terus ke kampong dan bersembunyi di sana. Biar iparnya nanti besok pagi saja akan ditolong.

Keesokan paginya Soni Fairumbab ditemukan sudah tidak bernyawa lagi. Soni meninggal karena kehabisan darah. Korban kemudian dibawa lari ke kampong Yobi dan dimakamkan disana.

Sementara itu, ditemui secara terpisah pada 12 Desember 2015 dan ditanya mengenai kasus penembakan itu, M. Merani, seorang Pimpinan TPN-OPM membenarkan adanya penembakan. Namun dia mengaku bukan itu perbuatannya. Saya tidak menembak Soni Fairumbab dan Y. Sineri. Mereka berdua orang sekampung saya dan saya tidak mungkin menembak masyarakat saya, ucap Merani.

Soni Fairumbab (1)Jadi tuduhan terhadap saya sebagai pelaku itu tidak benar. Justru saya diberitahu oleh beberapa orang tertentu dan melarang saya untuk keluar jalan karena ada militer Indonesia yang mau bunuh saya, ucap M. Merani, salah satu pimpinan TPN-OPM. Saya yang TNI/Polri mau bunuh tapi karna tidak dapat saya, Y. Sineri dan Soni Fairumbab menjadi korban penembakan sekitar jam 10 malam. Ketika itu keduanya sedang kembali ke tampat kerjanya, Kata M. Merani.

Soni dan Y. Sineri dihadang dan ditembak. Soni Fairumbab akhirnya terkena tembakan di kakinnya. Soni meninggal karena kehabisan darah. Sementara Yosias melarikan diri dan memberitahu kepada warga kampung saubeba dan teman-teman kerjanya, agar datang menolong Soni. Tapi karena malam semua jadi panic dan takut datang membawa Soni.

Menurut kesaksian masyarakat kedua korban ditembak oleh TNI-POLRI Indonesia. Bukan oleh yang lain. Menurut keterangan ada sekitar 5 orang lebih orang yang ada di situ. Semuanya pegang senjata. Dan ada mobil Avansa yang parker. Jadi jelas bukan TPN-OPM yang menembak kedua korban tapi TNI-POLRI. Karena yang kami tau itu TPN-OPM tidak punya mobil, yang punya mobil dan pakain mobil Avansa itu kan pembunuh elit, ucap M. Merani.

Kasus Penembakan Polisi Terhadap Warga Sipil Di Gorong-Gorong Timika 28 September 2015

Kasus Penembakan Polisi Terhadap Warga Sipil Di Gorong-Gorong Timika 28 September 2015

_DSC2138Kasus penembakan di gorong-gorong Timika 28 Agustus 2015 yang dilakukan oleh pihak kepolisian terhadap dua warga sipil asal Papua. Kedua korban tersebut adalah
1. Kaleb Zera Bagau (18) asal suku Moni. Kaleb adalah siswa SMK Petra Timika Papua kelas 3.
2. Efrando I.S. Sabarofek (17) asal suku Biak. Efrando adalah siswa SMK Petra Timika Kelas 2.
Kedua korban tersebut masih berstatus sebagai anak sekolah.

1. Motif Penembakan

Motif Penembakan terhadap kedua anak itu bertolak dari adanya tuduhan pencurian yang dilakukan oleh kedua korban dan teman-temannya. Sehingga teman-temannya itu marah dan melempar kaca rumah keluarga tersebut(keluarga asal Jayapura Tanah merah).

Akibat pengrusakan rumah itu, Bily dipolisikan oleh bapak tersebut karena dialah yang terlihat malam itu dan dikenal paling nakal di kompleks. Akhirnya Billy Yoku ditangkap dan ditahan di polsek. Di dalam sel Billy dipukul olleh seorang polisi yang disinyalir anggota keluarga yang masih sesuku dengan Bily Yoku. Sambil memukul polisi itu katakan kepada Billy bahwa: “kau ini bikin Malu kita orang Jayapura saja.”

Keesokan harinya Bily dipulangkan. Namun karena muka Billy memar, bengkak dan luka, kakak perempuanya langsung pergi dan bertengkar dengan keluarga bapak yang mempolisikan adiknya itu.

Sore harinya, Billy menghampiri teman-temannya yang duduk-duduk dibawa Tower telkom. Kerena melihat muka Billy bengkak, memer dan lluka teman-temannya menertawai Billy. Melihat Billy ditertawai kakak perempuanya mengatakan kepada teman-temannya, “itu lagi keluarga bapak sana itu yang bikin sampe Billy begitu. Mari kita pergi kasi rusak rumahnya.”
Teman-teman Billy merespon apa yang dikatakan oleh kakak perempuannya. Mereka lalu pergi dan merusaki rumah bapak tersebut dan mengambil barang-barang didalam rumah itu. Saat itu si bapak tidak ada di rumahnya. Yang ada hanyalah istri dan anaknya.

Billy entah kenapa, hendak menarik anak perempuan bapak tersebut, namun dia mendapat perlawanan dari ibu anak perempuan tersebut. Karena merasa panik, ibu itu mengambil suatu benda yang ada di sekitar situ dan memukul Billy. Billy akhirnya melepaskan anak perempuan itu dan ibunya membawa anaknya lari itu pergi ke kantor polisi.

Beberapa saat kemudian polisi tiba di tempat dan mendapati anak-anak tersebut masih sedang merusaki dan menjarah isi rumah bapak Jayapura tersebut. Polisi mencoba berbicara baik namun mendapat perlawanan dari anak-anak itu. Sekitar 7 – 8 anak yang melakukan perlawanan terhadap tiga polisi yang datang saat itu. Saling lempar pun terjadi dan saat mendapat perlawanan itu lah polisi mengeluarkan tembakan dan mengenai dua orang anak yang kemudian diketahui bernama:
1. Kaleb Zera Bagau (18) siswa SMK kelas 3 Petra Timika (kena di dada dan meninggal di tempat)
2. Erfando I.S. Sabarofek (17) Siswa SMK kelas 2 Petra Timika (kena di dada kanan dan kaki kiri) kritis dan dirawat di RSUD Mimika.

2. Pelaku Penembakan

Pelaku penembakan dalam kasus tersebut sudah sangat jelas adalah 3 polisi yang saat itu bertugas setelah mendapat laporan dari korban pertama yakni bapak yang rumahnya dirusaki oleh Billy dan teman-temannya itu. Ketiga polisi tersebut berinisial Bripka N, Bripka H dan Briptu IP.

3. Korban

Penembakan dilakukan oleh aparat kepolisian. Korban penembakan adalah dua warga sipil yang sebenarnya masih berstatus pelajar di SMK Petra Timika. Kedua korban itu jelas diketahui publik. Namun kemudian setelah dicari informasi pasti tentang para korban ternyata masih ada sekitar 6 orang korban yang tidak diketahui. Berikut nama kedua Korban yang diketahui publik ditembak oleh aparat penegak hukum dalam hal ini Polisi:
1. Kaleb Zera Bagau (18) siswa SMK kelas 3 Petra Timika (kena di dada dan meninggal di tempat)
2. Erfando I.S. Sabarofek (17) Siswa SMK kelas 2 Petra Timika (kena di dada kanan dan kaki kiri) kritis dan dirawat di RSUD Mimika.

Nama-nama korban yang tidak diketahui publik:
1. Yanto (20) (asal Biak) kena tembakan di kaki
2. Bastian (19) (asal biak) kena tembakan di dada
3. Billy Yoku (20) pukulan babak belur pakai moncong senjata dan luka-luka berat
4. Dewina Selegani (18) kena tembakan di tangan kanan (masyarakat sipil)
5. Hebel Jagani (24) kena tembakan di lutut (masyarakat sipil)
6. Koni Bagau (28) kena tembakan di pinggang (masyarakat sipil)

3. Reaksi Keluarga Korban Penembakan

Ketika mendengar anak-anak mereka ditembak dan satu mati di tempat dan satu kritis, keluarga korban penembakan marah dan datang membakar rumah keluarga bapak yang telah melaporkan anak-anak mereka ke polisi tadi dan membakar juga beberapa ruko dan api kemudian menjalar dan menghaguskan beberapa rumah lainnya yang berdekatan dengan ruku tersebut.
Masyarakat juga marah dan membongkar Pos Brimop yang ada di sekitar pasar Gorong-gorong. Tidak hanya membokar tapi membakar juga pos tersebut. Pembakaran pos tersebutlah yang kemudian diberitakan melalui media nasional bahwa warga membakar bendera merah putih (news.okezone.com).
Sementara itu, korban yang meninggal maupun luka tembak langsun dievakuasi ke RSUD Mimika. Keluarga dan Massa yang mendapati informasi dengan sekejap memadati pelataran RSUD Mimika, bahkan mereka sempat melakukan pemalangan.

4. Reaksi KNPB

Demo menuntut pertanggung jawaban Polisi terhadap aksi kejahatan terhadap kemanusiaan di Papua Timika
KNPB Wilayah Timika

Reaksi lain yang kemudian muncul adalah organisasi masyarakat yang menamakan diri KNPB yang kemudian dikenal dan kadang disebut sebagai murni organisasi representatif nurani rakyat papua yang sesungguhnya. Organisasi inilah yang paling lantang menyerukan pemberantasan Miras dan juga menjujung tinggi penghormatan terhadap harkat dan martabat Orang Asli Papua (OAP).
Ketika mendengar penembakan tersebut KNPB kemudian mengambli alih reaksi kampanye perlakukan kejahatan TNI-Porli terhadap masyarakat asli Papua sebagai murni organisasi representatif dari masyarakat Papua. KNPB kemudian bersama keluarga mengarak mayat almarhum Kaleb Bagau ke kantor polisi untuk dipertanggung jawabkan. Namun polisi mengetahui hal itu dan kemudia memakai 2 sampai 3 truk kepolisian satu mobil patroli dan satu mobil anti teror dan menghadang aksi KNPB dan dan keluarga korban di ujung jalan bandara. Namun demikian, Isu kampanye KNPB tersebut tetap diserukan di tengah dan didepan pasukan gabungan TNI – POLRI yang telah menghadang tersebut. Berikut beberapa poin isu kampanya KNPB tersebut adalah:
1. TNI-POLRI adalah Aktor Pembunuh Orang Asli Papua (OAP)
2. Tindakan Pembunuhan Terlihat jelas mengandung unsur Genosida
3. TNI-POLRI hentikan proyek pemasokan Miras ke Papua terlebih khusu Kab. Mimika
4. Papua Sona Darurat Militer
5. Papua Sona Darurat HAM
6. TNI/POLRI kamu boleh ambil seluruh isi kekayaan Allam Papua tapi jangan Manusianya

5. Reaksi Pihak keolisian

12063496_723339667772296_5621018692480632814_n
Polisi Republik indonesia. Pelaku Kejahatan di Papua

Pihak kepolisian dalam kasus penembakan tersebut, sudah jelas melakukan pelanggaran HAM. Namun kepolisian tetap melihat kasus itu sebagai kecelakaan di mana pelaku penembakan berada dalam situasi terhimpit oleh kerumunan massa. Sehingga penembakan itu tetap dilihat sebagai hal yang wajar demi perlindungan atau penyelamatan diri.
Sudah pasti bahwa berbagai alasan diutarakan untuk melindungi institusi dan menyelamatkan pelaku. Menanggapi kasus tersebut Kapolda Papua, Irjen. Pol. Drs. Papulus Waterpauw mengutrakan penyesalan dan permintaan maafnya kepada keluarga korban atas insiden penembakan tersebut.
Namun pernyataan kapolda pada pemberitaan media selanjutnya hanya berkesan menyakitkan keluarga korban bahkan masyarakat asli Papua. Berikut kutipan pernyataan Kapolda Paulus Waterpauw:

  1. Ini sebuah insiden. Insiden itu berawal dari pengrusakan rumah oleh sekelopmpok orang.
  2. Aparat kepolisian yang berupaya mengamankan ini melakukan langka-langka yang sesuai dengan prototapnya. Untuk mencegah, melebarnya kejadian itu pasti dengan upaya-upaya cepat dengan cara melakukan upaya penghambatan pergerakan lebih jauh, kata Kapolda saat dihubungi cendrawasih Pos (goup Radar Timika), tadi malam. Namun kelompok yang merusak rumah warga ini melawan anggota, dan anggota, keluarkan tembakan.
  3. Ini bukan kekerasan. Paulus Waterpauw menjelaskan bahwa kekerasan dimaksud itu apa bila tanpa ada kejadian, tanpa ada masalah anggota melakukan kekerasan. “ini jelas sebuah kejadian, disana anggota pasti melakukan upaya peringatan” ujarnya.
  4. Ditanya mengenai siituasi Timika, kapolda Waterpauw mengaku mendapat informasi ada kelompok yang sering membuat ulah di Timika menduduki rumah sakit.
  5. Upaya proses hukum tetap dilaksanakan. Nanti kita lihat upaya-upaya proses hukum yang nanti dilakukan bersama, ujar Paulus Waterpauw.
  6. Waterpau menegaskan bahwa pihaknya akan memproses semuanya, mulai dari awal penyebab hingga insiden itu terjadi. Demikian pula perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh masyarakat.
  7. Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw mengatakan, tiga polisi pelaku penembakan yang bertugas saat mengamankan warga sipil Timika yang sedang berunjukrasa sudah diamankan.
  8. “Ketiganya sudah diamankan dan saat ini sedang diperiksa Propam,” ujarnya seraya menambahkan ketiga anggota yang diamankan itu masing masing Bripka N, Bripka H, dan Briptu IP.
  9. Meski begitu, Paulus menilai penembakan yang dilakukan anggota polisi itu sudah sesuai prosedur karena massa saat itu melakukan perlawanan. Bahkan kaki Bripka N memar terkena lemparan batu. “Karena merasa terdesak maka anggota mengeluarkan tembakan peringatan namun ternyata mengakibatkan dua orang terkena tembakan dan salah satunya meninggal,” ucapnya.
  10. Menurut Paulus, bila polisi menembak tidak sesuai prosedur, dipastikan korban yang jatuh lebih banyak lagi. Namun, untuk memastikan itu semua maka pihaknya berupaya mengungkap dengan melakukan penyelidikan.
  11. Karena kesibukan Waterpauw mengutus Wakapolda Papua Brigjen Polisi Rudolf:
    1. Wakapolda Brigjen Polisi Rudolf, siangnya langsung menjenguk Efrando Sabarofek (15), pelajar SMK Petra yang menjadi korban penembakan oleh anggota polisi Polisek Mimika Baru di kompleks Biak Gorong-gorong Timika Senini (28/9) malam.
    2. Wakapolda Papua Rudolf Rodja menyampaikan permintaan maaf kepada keluarga korban atas peristiwa yang terjadi pada senin malam di kompleks biak Gorong-gorong Timika dan berharap korban bisa secepaatnya sembuh.
    3. Kata Wakapolda, “Kita sudah komitmen bahwa seluruh biaya rumah sakit akan ditanggung sepenuhnya oleh Polri”. Semua biaya peraawatan korban selama di RSUD Mimika sepenuhnya ditanggung oleh Polri. Pihaknya juga memberi bantuan biaya pengobatan jika kelak korban menjalani perawatan setelah keluar dari rumah sakit.
    4. Menyangkut permintaan keluarga korban agar anggota Polsek Mimika baru yang menembaki purtra mereka diproses secara hukum, Wakapolda Papua Menegaskan bahwa hal itu akan ditindak lanjuti. Ketiga anggota polsek Mimika baru tersebut sedang menjalani pemeriksaan oleh Propam polda Papua.        Sekali lagi saya tegaskan bahwa kami belum tau korban yang meninggal ini karena luka tembak oleh siapa? Kami tetap berpegang teguh atas asas pra duga tak bersalah. Kata, Wakapolda Rudolf. Jika dalam pemeriksaan Propam diketahui ketiga anggota tersebut melakukan kesalahan prosedur dalam penanganan kasus di kompleks biak gorong-gorong pada senin (28/9) malam maka mereka akan dikenakan aturan hukum disiplin, pelanggaran kode etik ataukah hukum pidana.

 

Selain itu para pejabat tinggi kepolisian lain juga turut menangapi kasus tersebut:
1. Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Patrige mengatakan, saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan atas kasus tersebut. Namun, berdasarkan laporan sementara, kata Patrige, kasus itu berawal dari adanya seorang warga bernama Maria yang mendatangi Polsek Mimika Baru.
2. Perempuan itu melaporkan bahwa rumahnya telah dirusak oleh sekelompok orang. Maria lalu meminta pengamanan dari polisi. “Ia merasa tidak aman, dan mau pindah. Jadi minta tolong polisi untuk pengamanan. Mengenai kenapa rumahnya dirusak orang, itu masih kita dalami,”. Menyikapi laporan tersebut, tiga anggota polisi kemudian diturunkan ke rumah pelapor untuk melakukan pengamanan, sekaligus membantu proses kepindahan pelapor. Nah, ketika anggota mengangkat barang-barang pelapor dan menaruhnya ke mobil, tiba-tiba sekelompok massa datang menyerang, ujar Patrige.
3. Kabid Humas Polda Papua Komisaris Besar Polisi Patrige Renwarin kepada wartawan di Timika selasa mengatakan hingga kini polisi belum menyimpulkan pelaku yang memicu peristiwa tersebut apakah merupakan warga gorong-gorong atau orang luar yang masuk ke kawasan iitu. “kita masih dalami pelakunya,” kata Patrige.
4. Patrik juga menegaskan bahwa tiga anggota Polsek Mimika Baru dalam kondisi terdesak akibat mendapat perlawanan dari Massa dengan bersenjatakan batu, kayu dan alat-alat tajam lainnya, sehingga penembakan terhadap dua warga di kompleks biak gorong-gorong dilakukan. “kejadia itu dalam keadaan mendesak dan terpaksa.”
5. Patrige menegaskan bahwa penyelidikan kasus digorong-gorong dibagi menjadi tiga. Pertama, peristiwa pengrusakan rumah ibu Maria Dolorossa di kompleks Biak. Kedua, peristiwa pengrusakan dan pembakaran ratusan kios, ruku dan lapak para pedagang. Ketiga peristiwa penyerangan terhadap polsek mimika baru hingga memicu penembakan terhadap warga.
6. Patrik menghimbau warga Mimika maupun warga Papua lainya agar tidak terprovokasi oleh ajakan-ajakan dari siapapun baik perorangan maupun kelompok yang ingin menciptakan situasi tidak kondusif di wilayah ini. Masyarakat jagan sampai terpancing ikut-iktuan melakukan tindakan-tindakan yang tidak diinginkan karena justru hal itu merugikkan diri sendiri maupun orang lain, imbaunya.

 

6. Keterangan Pihak RSUD Mimika

Polisi yang menembak dua warga sipil yang masih berstatus siswa SMK tersebut, segera sendiri mengantar kedua korba ke rumah sakit. Berikut keterangan pihak rumah sakit mengenai kedua korban:
1. Data yang dihimpun dari Humas RSUD Mimika menyebutkan, dua korban yang menjadi korban dugaan penembakan oknum polisi bernama Idan Kaleb Bagau (18) meninggal dunia dan Erfandi Sabarofek (15? 17) mengalami luka tembak.
2. Korban yang meninggal maupun luka tembak langsun dievakuasi oleh polisi ke RSUD Mimika.
3. Keluarga dan Massa yang mendapati informasi dengan sekejap memadati pelataran RSUD Mimika, bahkan mereka sempat melakukan pemalangan.
4. Korban meninggal yang sebelumnya disemayamkan di RSUD Mimika kemudian diambil pihak keluarga untuk dibawa ke rumah duka menggunakan ammbulance.
5. Selanjutnya massa yang sudah tersulut emosi meyerang pos polisi di Gorong-Gorong. Polisi dan Brimob yang melakukan penjagaan tidak bisa berbuat banyak. Beberapa kios warga menjadi sasaran amukan massa termasuk pos polisi.
6. Lucky Mahakena ,Humas RSUD Mimika mengatakan bahwa, korban yang meninggal mengalami luka tembakan di bagian dada, sedangkan korban Erfandi mengalami luka di bagian paha dan dalam proses perawatan di RSUD Mimika sudah berjalan normal.

 
Catatan:

Dalam kasus ini pemerintah sama sekali tidak mengambil langka persuasif terhadap korban penembakan. Bahkan tidak melakukan tindakan interupsi terhadap pihak kepolisian. Pemerintah hanya sibuk mengurus puing-puing kebaran bersama pasukan gabungan TNI/POLRI. Pasar dilihat lebih penting dari pada Manusia. Pihak kepolisian juga bertindak seolah-olah mereka benar. Tindakan membunuh manusia ini sama sekali dianggap biasa saja. Bahkan sama sekali tidak merasa bersalah dan berdosa atas tindakan brutal dan kebinatangan mereka.