Pejuang Pasar Mama-Mama Papua Meninggal

Pejuang Pasar Mama-Mama Papua Meninggal

May 20, 2016 /Abeth You

Mama Papua sedang tangisi alm Robert Jitmau IMG_20160520_130019-533x400

Mama-mama Papua sedang menangis Alm. Robert Jitmau di ruang mayat RS Bhayangkara, Jumat (20/05/2016) – Jubi/Abeth You

Jayapura, Jubi – Pejuang pasar Mama-Mama Papua yang juga Serketaris Solidaritas Pedagang Asli Papua (SOLPAP), Robert Jitmau (40) meninggal usai ditabrak di Hamadi, Jayapura Selatan, Kota Jayapura, Jumat (20/5/2016).

Informasi yang dihimpun Jubi, Jumat siang menyebutkan kronologis kejadian tersebut.

Almarhum bersama Sekretaris Forum Independent Mahasiswa (FIM), Melianus Duwitau (28) ditabrak oleh sebuah mobil berwarna putih  di pertigaan ring road, Pantai  Hamadi, Jumat, sekitar pukul 04.00 dini hari, waktu Papua. Mobil tersebut dikendarai seseorang yang belum diketahui identitasnya.

Kapolsek Jayapura Selatan, Kompol Heru Hidayanto ketika dikonfirmasi wartawan mengatakan ada sekitar lima orang duduk ‘makan pinang’ di pertigaan Ring Road, pantai Hamadi Kota Jayapura. Lalu sebuah mobil masuk hendak memutar namun menabrak mereka yang sedang duduk, lalu mobil itu hilang seketika.

“Teman-teman dari almarhum kami sudah periksa. Jadi, kejadiannya begitu. Yang masih hidup juga tidak lihat siapa oknum yang menabrak itu karena matanya masih berkunang-kunang,” katanya.

Menurut Heru, usai menerima laporan dari masyarakat setempat bahwa ada kecelakaan lalu lintas sehingga anggota polisi dari Polsek Jayapura Selatan langsung melihat dan mengambil korban.

Korban selamat, Melianus Duwitau mengatakan, pukul 4.00 WIT tiba-tiba ada mobil warna putih Avanza yang bergerak dari pantai menuju kota. Mobil itu lalu mundur dengan kecepatan tinggi dan menghantam mereka yang saat itu sedang duduk bersama. Rojit (sapaan akrab Robert Jitmau) dan Meli (Melianus Duwitau) duduk berdekatan, terhantam mobil yang mundur itu.

“Rojit terhantam keras, saya kena dada oleh ban mobil itu. Rojit terhantam ke sudut tembok jembatan,” kata Melianus.

Dikatakan Duwitau yang sedang dirawat di UGD Rumah Sakit Dian Harapan Waena mengatakan, saat itu mereka berjumlah empat orang. Satunya Baguma Yarinap dan Yusuf.

“Mereka (mobil itu) maju lagi lalu dua orang turun dari dalam mobil itu, lalu hajar saya.  Pukul dirusuk. Pukulan yang sangat keras. Lalu saya terbanting karena kesakitan. Tidak lama saya bangun minta tolong di pinggir pantai Hamadi. Kebetulan bapak-bapak ada bersihkan jalan tapi mereka malas tahu,” katanya.

Setelah itu ada mobil Avanza lain tiba, dia langsung minta bantu. Meli dan Baguma langsung diantar ke Kantor Polsek Jayapura Selatan.

“Setelah kami tiba di Polsek Entrop (Jayapura Selatan) kami diminta keterangan,” ucapnya.

“Setelah kami sampai di Polsek kami dimintai keterangan oleh polisi. Saya ditanya nama dan saya jawab, nama saya Melianus Duwitau. Lalu polisi itu membalas: Oya, kamu yang di FIM kah?” kata Melianus menirukan penuturan polisi.

Karena tubuh semakin sakit berat, ia meminta untuk diantarkan ke rumah sakit terdekat. Setelah sampai di RS Bhayangkara, petugas medis pun terkesan lamban menanganinya.

“Saya hanya dibersihkan luka di telinga karena pukulan itu, tidak ada rontgen dan lain-lain. Jadi, saya minta teman-teman bawa ke rumah sakit lain saja. Dan saya dipindahkan ke Dian Harapan,” katanya.

Saudara sepupu Almarhum Rojit, Sem Nauw mengatakan, melihat tubuh korban yang tidak ada lecet satu pun, maka diduga ada penganiayaan yang menimpa almarhum.

“Saya lihat ini dianiaya dan dipukul dari oknum tertentu. Tidak ada satu luka lecet pun di tubuh almarhum, hanya luka di bagian mata. Saya minta polisi harus usut kasus ini,” kata Sem.

Apalagi, lanjutnya, selama ini Rojit gigih berjuang dan menyuarakan perekonomian rakyat Papua; salah satunya adalah perjuangan membangun pasar Mama-Mama Papua.

Metty Ronsumbre, istri dari Rojit mengatakan, pukul 8.00 WIT ditelepon oleh nomor handphone yang baru yang diduga oleh polisi dan menjelaskan bahwa kondisi Robert Jitmau lagi gawat dan sedang berada di RS Bhayangkara sehingga diminta untuk bisa segera mengunjunginya.

“Saya pikir mereka main-main, ternyata sampai di RS Bhyangkara Rojit ada di ruang mayat. Saya heran luar biasa,” katanya.

Sebelumnya, kata Metty, Rojit sempat menceritakan bahwa ada sejumlah orang yang tidak suka dengannya sehingga terkadang harus mewaspadai.

“Dia pernah cerita kalau ada beberapa oknum sedang tidak suka dengan dia. Itu soal pasar mama-mama Papua,” katanya.

Solpap  terbentuk sejak tahun 2007. Solpap merupakan solidaritas sekelompok orang muda, LSM, akademisi, dan profesional muda yang merasa sangat-sangat prihatin dengan kondisi mama-mama pedagang asli Papua yang dibiarkan terlantar dan terlunta-lunta di negeri sendiri.

Tim Solidaritas Pedagang Asli Papua (SOLPAP) yang terdiri atas Perwakilan MPAP, KPKC Sinode GKI Tanah Papua ,SKP Keuskupan Jayapura, Kontras Papua, LP3A-Papua, Elsham Papua, Foker-LSM, Tabloid JUBI, Tabloid Suara Perempuan Papua, KKRS STFT Fajar Timur, DEHALING Uncen dan Front Pepera dan beberapa simpatisan lainnya seperti pengacara, dan seniman.

Robert Jitmau menjadi sekretaris sejak 2007 hingga saat ini.(*)

ttp://tabloidjubi.com/2016/05/20/pejuang-pasar-mama-mama-papua-meninggal/

Posted: Serui Voice News

Tinggalkan komentar